Tradisi lebaran dalam beberapa waktu terakhir dilakukan oleh masyarakat Indonesia secara umum, sebagai apresiasi mereka Hari Raya Idul Fitri sebagai puncak kemenangan setelah menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Tradisi saling memaafkan, kunjung-mengunjungi sanak saudara, tradisi membagikan angpau, dan ada juga tradisi mudik.
Kalau kita menilik KBBI daring
tra·di·si n 1 adat kebiasaan turun-temurun (dr nenek moyang) yg masih dijalankan dl masyarakat; 2 penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yg telah ada merupakan yg paling baik dan benar: perayaan hari besar agama itu janganlah hanya merupakan — , haruslah dihayati maknanya;
Seperti yang disebutkan di atas bahwa tradisi merupakan kebiasaan turun temurun dalam masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya. Dalam menjalankan aktivitas keagamaan sampai tradisi juga dikaitkan di dalamnya.
Misalnya saja penyebaran agama Islam juga menggunakan wayang sebagai tradisi di Indonesia zaman itu (Jawa dan sekitarnya red) sehingga Islam menyesuaikan dengan tradisi di tempat itu yang tentunya tidak bertentangan dengan syariat Islam.
Demikian halnya dengan tradisi lebaran, istilah mudik bisa jadi hanya didapatkan di Indonesia dan negera-negara jiran kita, sedang di negara lain tidakada tradisi seperti itu. Itulah tradisi masyarakat Indonesia yang diasosiasikan dalam beragama. Angpau juga merupakan istilah China sana yang juga menjadi tradisi-tradisi orang tua yang memiliki kemampuan memberikan sedikit uangnya buat orang lain atau anak kecil.
Bedug yang ada di beberapa tempat/masjid di Indonesia masih digunakan, awalnya merupakan tradisi dari china/india dalam melaksanakan ritual keagamaannya di kuil-kuil. Yang pada akhirnya digunakan juga dalam aktivitas keagamaan Islam sebagai pertanda masuknya waktu shalat.
Tradisi di agama lain misalnya Kristen yang membunyikan bel ketika akan melaksanakan ibadahnya juga merupakan tradisi turun temurun, di banyak negara juga menggunakan tradisi seperti ini dengan memasang bel di menara gerejanya.
Contoh yang lain adalah takbiran, setiap malam takbiran menjelang Idul Fitri, masyarakat merayakan kesyukuran kepada Allah dengan melantunkan kebesaran Allah dalam kalimat takbir. Di beberapa daerah mereka melakuan pawai keliling kampung dan sampai lewat tengah malam. Banyak yang beranggapan bahwa hal yang demikian itu adalah tradisi Islam, padahal itu adalah tradisi masyarakat yang akhirnya digunakan juga dalam menjalankan aktivitas keagamaan.
Kadang resah juga dengan tudingan bahwa Islam itu agama yang berisik, padahal dalam ajaran Islam itu (CMIIW) yang mengatur tidak dijelaskan detil. Cuman tradisi masyarakat di suatu tempat itu saja, akhirnya kegiatan itu dilaksanakan dengan berkeliling melantunkan kebesaran Allah.
Coba kita lihat tradisi masyarakat kita menyambut Tahun Baru dan atau Menyambut acara 17 agustus, mirip halnya dengan takbiran dilaksanakan sebagai wujud kesyukuran akan hal masing-masing. Seperti halnya takbiran, kadang dilakukan dengan berpawai, keliling kota membunyikan klakson dan knalpot motor keras-keras, sekali lagi itu adalah tradisi bangsa ini.
Masyarakat yang tahunya takbiran itu berisik, selalu melihat skeptis permasalahan ini, padahal takbiran itu adalah tradisi di daerah itu, yang tentunya sudah turun temurun dilaksanakan. Jadi jangan menyalahkan agama, karena memang itu adalah tradisi yang dilaksanakan di daerah tertentu.
Coba kita melihat ke Bali, ketika mengadakan upacara Ngaben, pawai manusia menuju pura dan tempat ngaben ramai sampai menghambat lalu lintas. Apakah kita akan mengatakan bahwa agamanya menyulitkan? Tentu tidak, karena memang itu adalah tradisi yang dijalankan di masing-masing daerah dan kita menghormatinya.
Contoh lain, berdasarkan cerita teman saya, di Belanda sana, ketika menyahut amin di shalat Jumat, tidak sekeras Indonesia, melainkan dipelankan. Hal ini menunjukkan bukti bahwa kebiasaan masing-masing daerah dalam beragama disesuaikan tradisinya.
Jadi kesimpulan menurut saya, bahwa kadang kita menyalahkan agama karena itulah inilah, padahal berangkatnya itu dari tradisi, yang sudah mendarah daging di masyarakat. Kita tidak menyalahkan tradisi juga karena itu telah dibuat oleh manusia-manusia yang ada di dalam masyarakat itu.
Bagaimana dengan anda?
Hehe.. Sepertinya kebiasaan saling menyalahkan udah jadi tradisi. Tradisi yang membudaya (KBBI daring; mem·bu·da·ya v menjadi kebudayaan atau menjadi kebiasaan yg dianggap wajar; mendarah daging:).
dan kemudian banyak yang menganggap bahwa tradisi dalam beragama [beragama beda dengan agama] adalah BID’AH atau SESAT. kemudian diikuti dengan cap KAFIR. otaknya aja yang sudah keracunan ajaran ngawur dan membabibuta main cap kafir ke orang-orang yang gak sealiran dengannya tanpa mau berfikir.
kalo ada yang bilang bedug itu bid’ah, lalu mengapa di masjid mereka masih ada loudspeaker?
hoho… malah melebar menyamping
kadang adat juga dijadikan agama,,,
maunya, adat yang sejalan dengan agama diterusin, tapi kalo adat yang bertentangan dengan agama dihilangkan, mungkin lebih baik.
Met idul fitri ya?
Mohon maaf lahir & batin
adat ma agama terutama di jawa ngga bisa dipisahkan. soalnya wli9 dlu masukin islam smbil dslimuti sama adat nenek moyang … jadiii ya gt deh 🙂
hmm.. Mas kayaknya gak ada yang salah antara tradisi dengan agama… itu semua tergantung pribadi masing-masing… ada orang yang sangat berbegang teguh pada tradisi dan ada pula yang sangat berpegang teguh pada Agama… Jadi tergantung pribadi masing-masing mas kalo nurud aku….
betewe
gw ucapain
TAQABBALALLAHU MINNA WA MINKUM TAQABBAL YA KARIM. MINAL AIDIN WAL FAIZIN. MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN YAAAA…. MULAI DARI NOL YA… HE..HE…
Tradisi budaya dan ritual keagamaan yang campur aduk dan sering disalah artikan emang agak mencemaskan..
Kadang tradisi diperlukan sebagai jembatan dalam penyebarluasan agama. Beberapa tradisi lokal diadopsi agar agaman bisa lebih mudah masuk dalam masyarakat.
ini menyangkut keyakinan pribadi nih……
eh ya kang,,, blom sempat ngucapin mohon maaf lahir dan batin
Tradisi memang harus dipertahankan. Tapi jangan sampai tradisi itu melenceng dari ajaran agama yang telah digariskan Allah SWT.
wah..saya blm paham betul ttg masalah ginian
sudah mendara dagingmi daeng di budaya indonesia
yang gini2mi yang menjadi virus yang masuk di budaya kita
waduh… emang begitu keadaannya. asalkan jangan sampai kebiasaan menjadi agama. susah ntar. (bener gak ya?) mas, maaf lahir bathin ya… maafin kalo ane ada salah
agama itu bukan tradisi
tradisikan yang benar. jangan benarkan yang tradisi.
Mas khan di dunia ini ada orang berpendapat lain jadi tdk seharusnya kita nyalahin agama !!! Minal aidzin wal faidzin !!!
Banyak jg org indo yg islam tp masih percaya sm hal2 mistis bhkn terkadang mereka jg memohon dr hal2 mistis kaya gitu. Aneh2 aja.
Jangan sampai perbedaan tradisi ini menyebabkan perpecahan!!! 😀
kulo nyuwun ngapunten ingkang kuatah dateng sedoye kelepatan kulo!!! 😀
Maaf kalu agak sedikit telat Hehehehe…
opini saya:
sebaiknya dipisahkan antara tradisi dan agama. hal ini dapat dilakukan dengan kembali mempelajari agama langsung dari sumbernya dan sebisa mungkin meminimalkan pengaruh tradisi selama proses pembelajaran tersebut.
terima kasih telah diperbolehkan untuk beropini di sini.
Adat dan Agama sesuatu yang berbeda, Tetapi tidak salahnya jika kita mengadop tradisi yang baik untuk agama kita
tradisi dan agama gak bisa dipisahin yahhh, menurut saya… apalagi kita sebagai bangsa Indonesia, bangsa yang berbudaya dan masih memegang teguh tradisi dan agama yang kukuh.
maaf, saia belum berani berkomentar dengan masalah yang seperti ini
*tradisi sedekah* Angpao untuk saya mana Daeng? *nunggu dengan penuh harap* 😉
tradisi yang baik dipelihara, yang jelek disingkirkan. apalagi sampai merugikan orang lain atau kelompok lain, mending ditinggalkan lah…
Berarti… takbiran dan mudik itu bidah? 😀
klosaya sich, ambil yangg baik, buang yang buruk. ngak perlu terlalu di pusingkan
Kalau tidak salah (CMIIW) ada hadist yg mengatakan “kamu lebih tahu urusan (dunia)mu …” Nah, tinggal di-atur2 saja segala sesuatu-nya (tentu yg di luar ibadah mahdah).
Bedanya tradisi ma budaya itu apa ya mas?
banyak juga Mas tradisi kaya gitu, dan kebanyakan orang itu gk tau, malahan kalau dibenarkan tindakannya bisa2 tersinggung atau marah, kan udah jelas2 bid’ah kok diterusin… kaya Nyekar, dan yang lainnya… dan itu semua brangkat dari kesadaran diri sendiri saja yang bisa membentengi dari tradisi2 yang … gitu lah…
kalo keduanya bisa berjalan beriringan tanpa si tradisi membuat agama menjadi salah kaprah, menurut saia tak apa .
salam kenaL ^^
“Kok disini caranya kayak gitu sih?”
“Emang disana ngga’ ada kayak begini?”
Dialog Dua orang sahabat yang mempunyai latar belakang/dan kultur berbeda.
Sesuatu yang jelas beda jangan dicari perbedaannya tapi sandingkan untuk saling ber-emphati.
ya.. makanya itu, kayaknya memang negara kita ini negara yang sangat…. sangta kaya..
kaya bkn melulu soal duit kan. Budaya dari berbagai macam daerah ituh kan, jg kekayaan yang sungguh luar biasa.. ya mungkin saat ini kita belum kaya scr ekonomi sih.. namun ini wajib kita apresiasi, sy pikir, apapun metode yang digunakan utk menuju ke satu tujuan yang sama, yaitu kebesaran Tuhan, gak ada masalah..
klo sudah bicara menyangkutkan agama dan budaya…. ya amppunn, ya gak mungkin ketemu .. masing2 punay wilayah yg berbeda.. itu hanya salah satu media saja..
Agama pelajari aja dari sumbernya. Dan selama budaya/tradisi tidak berbenturan, knp harus dibenturkan?*benjol ntar* Asal budaya g dijadiin agama aja, budaya buatan manusia
Yg terbaik adalah mendahulukan yg wajib. Jgn gara-gara tradisi yg wajib kehilangan esensi
Tradisi memang fenomena sosial yang pasti terjadi ketika sekelompok orang hidup bersama, turun temurun. Religi adalah panduan hidup yang dilaksanakan umat dari agama tersebut. Dan terus dilaksanakan (seringkali secara) turun temurun. Jadi wajarlah kalau terkadang religi dan tradisi jadi sulit untuk dipisahkan.
Yah, seng penting, seperti katanya mas Zulmasri, esensi yang terpenting. Jangan sampe esensi disamakan dengan asumsi, opo maneh ekspektasi. 🙂
Oya, sugeng Riyadi 1429H, ngaturi sedoyo kalepatan kulo nggih.. (kalo ndak ngerti artinya, tanya temen saja.. hehehe..)
Di Arab, saat malem Ied ndak ada orang takbir sambil di iringin kentongan. Apalagee sambil kliling kota gedumbrengan…. Mereka takbir ya takbir ajah. Biyasa ajahh. Kalok ndak percaya, pas malem Ied itu ( di Arab ) situh Takbir sambil mukul kentongan pasti akan ditangkep pulisi. Minimal diomelin lah….
😆
# o c H e : hehehe bisa jadi saling menyalahkan emang tradisi.. tapi bukan untuk terus diwariskan bukan 😀
# 2 det : terlalu lebar hehehe.
saya sangat tertarik dengan ceramah tarwih pak abdullah sahab yang menekankan kita bahwa perbedaan itu bukan jadi sumber konflik.
# 3 kyra.curapix : bisa jadi, kalo agamanya itu masih tradisionil.. atau memang sudah menyakini keyakinan keagamaan mutahkhir.
# 4 andy :
yah sebaiknya seperti itu, jangan sampai bertentangan…
kalo memang ad yg sejalan why not…
# 5 Edi Psw : sama2 pak, maafin lahir dan batin
# 6 agunk agriza : iyah, namanya beragama itu berkeyakinan, seperti itu mungkin sekarang yang terjadi. Kita tidak bisa menyalahkan karena seperti itu keyakinan yang ada.
# 7 Frenavit Putra : iyah.. bisa jadi seperti itu, namun yang jadi permasalahan adalah orang2 yang melihat tradisi itu. atau orang dalam sendiri tidak mengetahui ada tradisi yang perlu diketahui dan dihargai 😀
# 8 Masenchipz : iyah sama2
# 9 ariefdj™ : nah kalo sejalan sih ngak apa2… dan kita juga harus memahami ada perbedaan dalam masyarakat kita yang harus disikapi bijak
# 10 Jiewa : iyah benar banget mas jie… semua agama menerapkan hal tersebut
# 11 Anang : yah sepertinya begitu, tapi penekanan sy sih, pengennya ada rasa saling menghormati
# 12 zoel : sama2 kalo gitu
# 13 dondanang : iyah benar banget mas…
# 14 okta sihotang : hehehe, dipahamkan aja, intinya sih saling menghormati
# 15 Gelandangan : nah itu, kita juga harusnya selektif mana yang baik yang mana yang patut. hehehe 😉
# 16 otakkabel.com : hehehe.. iyah jangan sampai….
tapi kayaknya tradisi sudah diagamakan eh didahulukan 😀
# 17 Kancuters : iyah…
# 18 aR_eRos : benar banget mas
# 19 don45 : iyah pendapat lain, minimal ada saling pengertian dan menghormati
# 20 Ridho : wh itu namanya syirik.. ndak boleh itu dosa besar
# 21 gi3 : harapan yang sama..
sama2 yah maafin lahir batin
# 22 gbaiquni : emang sebaiknya dipisahkan tapi masyarakat kita sudah menganggapnya satu.. semoga aja tidak bertentangan
# 23 hermanussugianto : iyah benar banget
# 24 silly : nah asalkan tidak bertentangan dan saling menghormati aja
# 25 gajah_pesing : hehehe. … terima kasih mas kunjungannay
# 26 cakmoki : bukannya kebalik cak, saya mestinya diberi angpau 😛 secara situkan dokter sy masih mahasiswa 😀 heheheh
# 27 kishandono : iyap sepakat
# 28 Catshade : saya tidak menggolongkan seperti itu… yang jelas saling menghormati tradisi yang ada.
# 29 cinker : iyapz…
# 30 Oemar Bakrie : iyah benar banget pak…. sepertinya itu yang perlu diperhatikan, ibadah utama kita kepada Allah itu sifatnya wajib, sedangkan yang lain sebagai apresiasi lebih lanjutnya terutama dalam bermasyarakat.
# 31 orangndut : coba buka kamus.. hehehe.. bisa jadi sama 😀
# 32 Nafi’ Abdul Hakim : namanya tradisi bangsa ini, kita tidak bisa menyalahkan.. dan juga tidak mnyalahkan agama…
intinya saling menghormati
# 33 s H a : iyah, sperti itu.
salam kenal balik.
# 34 namakuananda : iyah saling berempati
# 35 fauzansigma : hehehe, memang sih bakalan ndak ketemu apalagi bangsa ini betul2 besar dan banyak khasanah budayanya..
intinya sy di sini mau adanya saling menghormati satu sama lain 😉
# 36 cebong ipiet : iyapz… benar banget
# 37 Zulmasri : nah itu, yang fardu dijalankan, yang sunnah dijalankan juga dengan tidak mengganggu kewajiban yang lain
# 38 Adhilaras Putro : iyah adhi, seperti itu Indonesia..
hehehe terima kasih ucapannya adi.. sy jg maafin lahir batin, sy tau koq artinya 😀 hehehe
# 39 mbelGedez™ : hehehe, kebiasaan orang Indonesia, menghadapi hari kemenangan pasti dirayain rame2 seperti itu esensi dari takbiiran keliling dengan kentongan
MET LEBARAN. salam hangat selalu
selamat hari raya idul fitri aja. moga ucapan ini gak ditanggapi sebagai sesuatu yang berisik. untuk itu saya mohon maaf lahir bathin.