Berpanas Ria demi Mangrove

TPC dan peserta lainnya

Sabtu ini (18/10), Komunitas Blogger Surabaya diajak lagi oleh Sampoerna untuk berpartisipasi dalam Penanaman Mangrove di Bozem Wonorejo Pantai Timur Surabaya. Kali ini elemen-elemen masyarakat tidak kalah banyaknya dari yang pertama. Antara lain : Sampoerna sendiri, Karyawan Bank Jatim, STIKOMP, Fisip UNAIR, Siswa SMP/SMA, Pramuka, Pemerintahan Surabaya, TNI, dan Polri, Tugupahlawan.com sendiri serta elemen-elemen lain yang tidak tertanggap oleh otak saya.

Kegiatan ini juga dirangkaikan dengan HUT TNI yang ke-63 sehingga terlihat banyak tentara-tentara ikut juga nimbrung. Saya tidak melihat jelas ada Walikota Surabaya karena saking banyaknya orang, kata teman saya sih beliau ada. Oh iya ada juga dari FKPM (Forum Komunikasi Polisi dan Masyarakat) yang mengelola Bozem Wonorejo ini.

Walau acaranya cukup mendadak pemberitahuannya, dari TPC sebelumnya sudah diundang nandur mangrove ada beberapa orang yang ikut, aRuL, Angki, Det, Udin, Cisthouse, dan Frenavit (bodrex) yang akhirnya membawakan se-tas es teh, yang bikin segar.

Kegiatan ini berlangsung dari jam 06.30 sampai selesai. Seperti biasa antri untuk berangkat menuju ke tempat penanaman mangrove sekitar 15-20 menit menggunakan perahu karet atau perahu kayu. Rombongan TPC sendiri menggunakan perahu karet yang berkapasitas 10 orang.

Cuaca panas (kondisi Surabaya dan daerah yang dekat dengan garis khatulistiwa mengalami perubahan cuaca cukup signifikan karena pergerakan matahari berada di atas tepat garis khatulistiwa itu, sehingga panas) tidak mengurangi semangat kita untuk berpartisipasi langsung memberikan udara segar buat kota Surabaya yang sudah terlanjur panas oleh kendaraan dan pabrik di sekitar Surabaya.

Sampai di tempat penanaman, jadinya tubuh merasakan panas yang cukup luar biasa. Segera aja menuju tempat penanaman disertai juga dengan teman-teman dari kelompok lainnya. Ada yang membuat lubang, ada yang memasukkan bibit mangrovenya (terlebih dahulu dilepas plastiknya), ada yang menancapkan bambu di sekitar tanaman agar tidak hanyut terkena gelombang air, ada juga mengingat tali. Yah ada juga sih yg langsung kerja paralel.

Yang paling salut itu, sama ibu, boznya angki di kabid kantornya itu, sejak kita pertama datang ke tempat itu, sampai selesai semangat terus, memompa semangat kita untuk terus menanam. Termasuk memberikan dorongan beberapa karyawati sebuah Bank yang takut turun ke lumpur gara-gara takut kotor, untuk menanam minimal 10 bibit *yah dasar dihitung pula bibit yg ditanam, padahal ngak perlu, itukan keikhlasan, semoga mereka bisa belajar yang namanya ikhlas*. Kata ibunya lagi “Yang laki-laki bikin lubang, yang wanitanya masukin”.

Oh iya, ada juga beberapa penyandang cacat ikut menanam mangrove ini, bahkan beberapa temannya yang lain pengen ikut, namun sayang ngak dibolehin cukup melihat, takut terjadi apa-apa.

Semuanya tumpah ruah ke lahan berlumpur itu, saya sendiri melepaskan sandal saya, takut kejadian episode pertama (angki red) sandalnya masuk ke dalam lumpur dan tidak bisa diambil lagi 😆 . Walau kaki ditusuk-tusuk oleh batang-batang di lumpur itu tidak apa-apalah, hitung-hitung olahraga buat kaki 😀

Nandur Mangrove

Akhirnya setelah lahan itu sudah penuh dengan bibit, dan rombongan berikutnya mendapatkan giliran, kita kembali ke posko pantau untuk kembali menaiki perahu menuju tempat kita pertama kali datang. nah di sini kawan-kawan, antrinya cukup puanjang, antri dengan siswa, mahasiswa, tentara, karyawan, sampai-sampai kita berbagi spanduk TPC untuk menahan panas berdiri menunggu antrian masuk ke perahu. Tapi semua itu dibayar dengan keinginan tulus untuk menanam mangrove 🙂 .

Suhu panas terasa banget ketika berada di atas perahu kayu menjelang pulang itu, kuliat terasa betul-betul dibakar, terutama kulit atas kaki. Sampe sekarang kulit tangan, wajah, dan kaki saya terasa perih kalo dipegang. Pelajaran, lain kali bawa jaket, topi atau pelindung lainnya, supaya menghindari panas. Oia panas matahari berlebihan bisa menimbulkan kanker lho.

Update foto-foto :

lagi di perahu karet menuju tempat penanaman
Nanam nih....

Teman-teman yang lain pasti pada tertarik, lain kali kegiatan ini ada, ente-ente harus ikutan juga. Atau mencari kegiatan peduli lingkungan lainnya.

Cerita-cerita lain ada di :

Foto dicaplok dari : deteksi.info dan cisthousephoto

*Akhirnya sampai di kost, mengerjakan amanah-amanah lainnya, dan malamnya tertidur kecapekan, namun sayang karena cuaca panas (sampai saya harus menanggalkan pakaian satu persatu, serta kasur dan bantal aja basah karena keringat) harus bangun tidur untuk minum air. Paginya akhirnya ngak bisa ikut JMP, sudah tepar duluan.

Diterbitkan oleh aRuL

blogger, netizen, engineer wanna be, sometimes as a trainer, and maybe a consultant for anything

38 tanggapan untuk “Berpanas Ria demi Mangrove

  1. Kalo ingat cuaca panas .. terakhir kali abang merasakannya sewaktu di Madiun setahun yang lalu .. Hari ini tepat setahun abang meninggalkan Jawa Timur .. alhamdulillah, disini cuacanya lebih bersahabat karena sering turun hujan — aslinya sih panas seperti disana.

    Entah mengapa .. sepanas²nya Surabaya — waktu itu, abang merasakan di Madiun lebih panas. Pernah abang lihat info BMG di Jawa Pos, edisi Madiun .. disitu disebutkan bahwa suhu Madiun paling tinggi se Jawa Timur, disusul oleh Surabaya.

    Eh .. koq malah ngebahas soal cuaca panas sih? .. sorry Rul, iya maksud abang, seandainya di Jawa Timur pohon² lebih rimbun — dan usaha untuk itu sudah dilakukan oleh Irul dkk — pasti, walaupun matahari bersinar terik, masih terasa lebih adem karena ditahan oleh pucuk² pohon yang hijau.

    Jadi .. penghijauan adalah hal yang tidak dapat ditawar² lagi ya Rul .. salam buat Angki dan teman² tugu pahlawan.

  2. Betapa senangnya…rekan blogger di Surabaya ikut serta dalam kegiatan positif….menunjukkan bahwa blogger juga peduli lingkungan.
    Semoga TPC tetap aktif dengan kegiatan positifnya, yang akan memicu anak muda lain mengikutinya….

  3. habis posting ini pasti arul kepikiran sama cewek bank jatim yang langsing-langsing, putih-putih dan memiliki “masa depan” yang bagus itu! hekekeke…

    aRuL bilang : saya cari yang ikhlas koq 😀

  4. Sayangnya hutan maggrove di daerah kami yaitu disepanjang pesisir pantai timur Langkat seluas 36 ribu ha telah punah dijarah oleh para pengusaha kebun kelapa sawit yang berkolusi dengan para pejabat daerah. Padahal hutan tersebut adalah hutan Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) yang merupakan kewjiban setiap orang untuk melindunginya. Kasus pengalihan fungsi hutan KSDA ini telah berulangkali kami laporkan kepada para penegak hukum baik di daerah maupun di pusat. namun sampai saat ini tidak ada upaya untuk menuntaskannya. Trims atas kunjungannya ke blog kami. Salam, Masyarakat marginal sumut

Tinggalkan komentar