Profesionalisme dan Urusan Internal Perusahaan

Hanya sebuah curhat : Sebuah contoh kasus yang baru saya alami, ketika memesan tiket pulang pergi Surabaya – Makassar – Surabaya.

Karena terjadi pemadaman listrik di kantor pusat travel M (saya beri inisial aja) jadi tidak bisa online melayani reservasi tiket pesawat, akhirnya menyodorkan untuk menghubungi kantor cabang lainnya untuk booking tiket. Saya pun mencari sendiri data telepon kantor cabang lainnya itu.

Setelah menanyakan tanggal dan harga tiket serta mempertimbangkan matang-matang akhirnya saya deal, dan membooking tiket dengan time limit pembayarannya Sabtu ini jam 3.

Sabtu pagi, akhirnya saya dihubungi untuk mengkonfirmasi tiket yang sudah dibooking lewat SMS.

Saya balas : “Iya nanti saya akan bayar langsung ke kantor pusatnya, jam 3 sorekan?”

Akhirnya dibalas lagi “Maaf Pak, kita travel M yang di jalan ini *menyebutkan alamat kantor cabangnya*”.

Saya balas lagi “Saya ke kantor pusatnya aja, soalnya dekat dari sini, sama aja kan?”

Eh dibalas lagi “Maaf Pak, kalo boleh tahu rumah bapak daerah mana? kl jadi tiket diantr pak soalnya bwt pemasukan cabang disini

Jenglek…. Gedubrak…..*coba anda bayangkan di FIlm Laskar Pelangi, Ikal yang mengambil kapur tapi tidak menemukan A Ling, hatinya hancur berkeping-keping dan semua barang-barang di sekitarnya jatuh semua*

Koq urusan perusahaan dibeberkan kepada konsumen, itu adalah urusan internal perusahaan mereka tidak ada sangkut pautnya dengan konsumen. Konsumen hanya diberikan pelayanan prima, ada yang patut diketahui konsumen ada juga yang tidak.

Akhirnya saya tidak membalas sms itu, langsung menelpon ke Kantor Cabang itu, jelaskan bahwa saya tetap akan membayar tiket saya itu di kantor pusat (oia contoh kasus membayar di kantor pusat setelah pesan di kantor cabang teman saya pernah melakukan, jadi saya tidak sungkan-sungkan untuk melakukan ini), soalnya saya tidak bisa selamanya di tempat karena hari ini ada beberapa agenda di luar.

Sebuah profesionalisme kualitas rendah menurut saya dari karyawan perusahaan itu, persoalan internal perusahaan diberitahukan kepada konsumennya, malah reputasi dari perusahaan itu akan dipetanyakan khalayak. Memang urusan perusahaan tidak sepenuhnya harus diketahui oleh konsumen terutama untuk mekanisme dalam pembagian keuntungan dalam perusahaan.

Itu sih pendapat pribadi saya, kalo anda mungkin berbeda.

Diterbitkan oleh aRuL

blogger, netizen, engineer wanna be, sometimes as a trainer, and maybe a consultant for anything

27 tanggapan untuk “Profesionalisme dan Urusan Internal Perusahaan

  1. Untung Travel langganan saya adl Travel network, jd bisa bayar di cabang mana aja di seluruh Indonesia.
    Bayar di cabang Palembang, ambil tiket di cabang Jakarta, bisa diatur..
    Mungkin mereka bagi rata keuntungannya, jadi gak saingan antar cabang.

    Great Harmony!

  2. itu kalo dari sudut pandang konsumen. saya coba memandangnya dari sudut pandang lain. kantor cabang selalu mendapat target penjualan. dalam sebulan harus menjual sekian lembar tiket ke sekian orang dengan total nominal sekian rupiah. artinya kantor cabang harus bersaing dengan kantor cabang yang lain dan juga kantor pusat. dan mereka secara bersama-sama bersaing dengan perusahaan lain.

    lalu kantor cabang membagikan target penjualan kepada petugas penjualan mereka. bisa agen yang berada di kantor maupun salesman yang melakukan telesales dan juga sub agen di luar kota

    bisa dipahami bahwa mereka berusaha sekuat tenaga memenuhi targetnya. ketika customer nekat membayar ke kantor pusat, maka dalam catatan penjualan harian (daily sales report) maka penjualan tersebut akan dicatat sebagai penjualan kantor pusat. artinya kantor cabang gagal mendapatkan customer yang ini dan harus mencarikan gantinya.

    nah nah nah… itu semua terkait dengan komisi penjualan, rul.. minimal kantor cabang harus mencapai target BEP. kalo bisa malah mencapai target level atasnya lagi. semakin tinggi penjualan, semakin besar bonus dan komisi yang akan mereka dapatkan.

    jadi, pahamilah perasaan mereka kehilangan 1 customer :mrgreen:

  3. Hal seperti itu dalam dunia bisnis sering terjadi Arul, sambil sikut2an dalam mengambil klien, karena target perusahaan yang ketat dan di breakdown ke bawah. Akibatnya karyawan tak melihat sebagai kesatuan, tapi hanya berpikir bagaimana agar mencapai target.

    Pimpinan perusahaan harus wise, biasanya arealnya antar pelanggan dibatasi, sehingga karyawan yang berada di daerah Surabaya Timur, ambil tiketnya ya di daerah Surabaya Timur…bukan nyasar ke Surabaya Barat. Tapi yang namanya pelanggan, perlu kepuasan pelayanan, dan dia juga tak mau dibatasi wilayah domisili…..

  4. Menurut saya gak salah dia juga sih mas, toh dia sudah menawarkan servise lebih dengan mengambil pembayaran kerumah mas kan … ini hikmahnya mas hemat waktu, hemat tenaga jadi bukan soal aib internal tapi ALLAH memudahkan mas dan mas menganggapi negative ….

    *dibekep mas Arul* kebanyakan ngomong 🙂

  5. wah, profesionalisme karyawan sebuah perusahaan agaknya masih menimbulkan tanda tanya besar, mas arul. kinerja mereka seringkali bukannya membuat perusahaan bonafid, tapi justru menghancurkan citra perusahaan di muka umum. termasuk peristiwa yang dialami mas arul itu sebuah bukti bahwa kinerja dan kerjasama antarlini di perusahaan yang bersangkutan masih kacau, haks.

  6. wah, yo kalo aku jadi konsumen, pasti kecewa…
    hehehe
    tapi kalo jadi penuedia jasanya, entahlah, mungkin karena pendapatan kurang, ya gitu caranya..mungkin itu terjadi gara2 ekonomi AS yang berimbas pada nilai tukar rupiah di Indonesia.

  7. Intinya menyesal karena mendapat rahasia kecil yang nggak penting ? Hi Hi Hi. Bagus kalo nggak penting. Kalo malah penting? Bisa-bisa malah tambah bingung ya ? Susah ya boos menghadapi orang “jujur ” ? Hi hi hi

  8. # o c H e : setau saya travel sy ini juga sistemnya begitu, sy sering menggunakan jasa travel ini, tapi karena ini akhirnya mikir2 kembali 😀
    # 2 det : kalo kita berfikir dari sisi mereka yang melayani mungkin benar sekali, tapi metode komunikasi yang dibangun kepada konsumen tidak tepat.
    Jikalau kalimat “bwt pemasukan cabang disini” itu bisa jadi menutupi urusan perusahaan, ngak perlu kalimat itu keluar, malah akan membangun kepercayaan yg luar biasa dari konsumen.
    sekali lagi profesionalisme dalam berkomunikasi.
    # 3 edratna : iyah kalo dari situ sih saya paham bu, ada semacam persaingan usaha, dalam mencari konsumen.
    Kebijakan perusahaan juga tentunya juga harus menilik kepuasan konsumen, bisa jadi pembagian hasil usaha fifty2 jika dipesan di tempat A, kemudian dibayar di tempat B, bisa pembagian yang adil.
    yah kita berharap wise dari pimpinan dalam mengatur pemasukan suatu perusahaan
    # 4 Angga : semoga segera
    # 5 Rindu : iyah mbak, saya hanya mengkritiki dari profesionalisme komunikasi dengan konsumen
    kalo servis sih bagus, tapi seandainya kata yg sy bold itu ngak ada pasti mantap.
    sy sebenarnya enak aja diantarkan tapi kebetulan sy ndak bisa seharian di rumah jadi musti langsung ke travelnya
    # 6 sippaganteng : aduh, sy ndak berfikir demikian 😀
    # 7 aziz : hehehe, nah itu juga salah satu pelayanan prima..
    # 8 gajah_pesing : kalo dari segi kewajiban perusahaan benar banget, tapi dari segi komunikasinya mas, seperti yg sejelaskan di komentarnya det
    # 9 agunk agriza : hehehe, sy juga ngotot biar dibayar di kantor pusatnya koq hehehe, jadi mereka saling ngak enak gitu.
    # 10 Nafi’ Abdul Hakim : pesan ni lewat telpon, perusahaan yg OL gitu hakim
    # 11 orangndut : terlalu jujur iyah, hehehe yah kembali lagi komunikasi bisnis juga harus diperhatikan.
    # 12 Cebong Ipiet : iyah yah, soalnya siapapun konsumennya mau yg pinter atau bodoh sekalipun pelayanan yang baik merupakan standar sebuah perusahaan utk maju 😀
    # 13 uNieQ : iyapz.. malesz…. 😛
    # 14 aklam : wah kecakepan ndak menentukan pelayanan yg baik, hahahahaha
    # 15 Sawali Tuhusetya : iyah kinerja masing2 lini blum maksimal, pengaturannya juga membingungkan konsumen, di satu sisi mengatakan bisa dibayar di berbagai kantornya disisi lain ternyata menjadi target masing2 kantor juga harus dikejar.
    Nah manajemennya juga harus difikirkan metode terbaik
    # 16 Ongki : hahahaha, biar dramatis romantis nan humoris 😛
    # 17 achoey sang khilaf : salam selamat datang
    # 18 ivanmuhtar : iyap sebagai konsumen. hehehe, dari segi perusahaan juga seperti itu berfikirnya, namun sy tegaskan lagi yg sy kritik di sini adalah profesionalisme komunikasi 😀
    # 19 fauzansigma : iah yah… hehehe, yg sy mengkritiki dalam profesionalisme dalam berkomunikasi dengan konsumen.
    # 20 mbelGedez™ : hahaha, seperti itu, jlek….. koq sampe sy perlu tau gitu masalah perusahaannya 😀
    kalo gitu sy sudah jawab di tanggapan terhadap det 😀
    # 21 Abdee : hehehe, sudah sampe
    # 22 s H a : hehehe, yah begitu mungkin 😀
    hehehe, liat2 aja dah
    # 23 lovepassword : bukan menyesal, ada hal yg perlu diketahui konsumen ada juga yg ngak 😀
    hahahaha, kalo rahasia besar, bisa berabe dong 😀
    itu kejujurannya ngak dikendalikan 😀
    # 24 Deddy Huang : hahahaha, kembali lagi ke metode komunikasi dengan konsumen
    # 25 Epat : yah sih, tapi pengalaman teman sy dulu bisa koq, jadi sy melakukan hal yg sama

Tinggalkan komentar