Ini Indonesia bung, bukan Amerika Serikat!

Anda sudah tahu hasil pilkada Jawa Timur dari Sidang MK hari selasa lalu (02/12)? Yah akhirnya Mahkamah Konstitusi mengabulkan sebagian gugatan Khofifah Indar Parawansa-Mujiono kepada KPU Jawa Timur, yaitu mengadakan pemungutan suara ulang di Kabupaten Sampang dan Bangkalan serta perhitungan ulang di Pamekasan.

Itulah perjalanan politik sebuah pemilihan kepala daerah di Indonesia. Memang sangat panjang dan rumit, serta menghabiskan banyak sumber daya dan sumber keuangan. Namun apa yang perlu diperhatikan dari proses ini?

Pertama yang saya acungi jempol adalah kedewasaan warga Jawa Timur dalam menyikapi permasalahan tidak berakibat pada kekerasan fisik dan atau merusak fasilitas umum, demo memang perlu ada tapi setidaknya saya melihat tidak ada suatu kekerasan di sana.
Sikap kedua pasangan calon Gubernur Jatim ini, KaJi dan KarSa untuk mengendalikan massanya, dan berjuang dengan jalur yang ditetapkan oleh hukum dan undang-undang. Yah itulah model demokrasi di Indonesia yang saya acungi jempol.

Setidaknya ini menjadi pelajaran buat pemilihan-pemilihan yang lain, untuk berlaku adil dan sebenar-benarnya tidak memanipulasi, kalau sampai terjadi hal tersebut nantinya yah akan melalui proses yang panjang. Terutama untuk KPU sebagai lembaga yang dituntut netralitas dan keadilan dalam melaksanakan proses pilkada.

Kedua, saya sebenarnya ingin mengkritisi banyak tulisan dan opini yang beredar baik di media cetak, elektronik, internet dan sebagainya, namun menunggu hasil MK ini diputuskan baru saya ingin memberikan kritik tersebut. Yaitu membanding-bandingkan antara Pemilihan Presiden di Amerika Serikat dengan Pilkada Jawa Timur (diambil contoh karena bersamaan waktunya dengan Pilpres AS tersebut). Mengatakan kita harus mengikuti langkah yang dilakukan McCain dengan melakukan pidato kekalahan, setelah Barrack Obama diketahui memenangkan Pilpres AS tersebut. Pemimpin-pemimpin di Indonesia yang mengikuti Pilkada, Pilpres, dan kegiatan pemilihan lainnya untuk mengikuti jejak Pemimpin Amerika dalam menghadapi Pemilihan.

Namun situasi ini berbeda di Indonesia bung. Amerika dengan segala fasilitas lengkap dan bisa terpantau dengan jelas, bahwa suara-suara itu tidak akan termanipulasi semakin terminimalisir. Kekuatan teknologi dan kepercayaan masing-masing warganya sehingga pilpres ini tidak perlu dilakukan lama dan mereka saling percaya dan saling jujur.

How about Indonesia? Beda sekali karakter Indonesia dan Amerika Serikat, sudah daerahnya luas dengan penguasaan teknologi dalam pemilihan masih belum dimaksimalkan, masih mempercayai cara manual sebagai cara yang benar-benar jujur dan adil, padahal dengan komputerisasi semuanya bisa lebih jujur dan adil. Manual, masih ada faktor manusia di dalamnya. Tahu sama tahu lah Indonesia kurang bisa dipercaya dalam proses tersebut masih saling curiga.

Nah jangka waktu antara pemungutan suara dan penentuan kemenangan di Indonesia cukup jauh dibandingkan dengan AS, sehingga bibit kecurangan dan ketidakadilan bisa jadi terjadi.

So, bagi anda-anda yang menginginkan Indonesia seperti Amerika Serikat masih jauh dari harapan, Prosesnya berakhirnya bukan di saat KPU menentukan pemenangannya, namun masih ada jalur-jalur hukum lainnya jikalau memang dalam proses pemilihan ada ketidakadilan.

Jadi pengakuan kekalahan itu baru ada setelah kedua belah pihak terima atau setelah pihak pengadilan menentukan siapa yang menang. Tidak sama dengan di Amerika Serikat, pengakuan kekalahan dan kemenangan setelah betul2 pencoblosan selesai.

Jadi tidak benar jika dikatakan pemimpin Indonesia itu tidak berani mengaku kalah, atau tidak dewasa dalam menunjukkan kekalahannya. Mereka malah saya mengakui sebagai pemimpin yang benar-benar memperjuangkan keadilan, sampai titik hukum terakhir pun juga pasti akan diperjuangkan namun jangan sampai kekerasan fisik dan memanfaatkan massa, namun melalui jalur yang benar.

Kenapa harus kalah, padahal pertandingan selanjutnya masih ada, masih memungkinkan menang.

Seandainya KaJi menerima mentah-mentah hasil KPU, berarti KaJi telah mencederai keadilan. Namun pada akhirnya Kaji melakukan tindakan benar memprotes secara hukum yang ada, untuk tetap memperjuangkan keadilan itu sendiri.

Inilah yang saya katakan sebagai keindahan permainan politik, tidak menggunakan kekerasan massa tetapi menggunakan perangkat politik yang ada.

Anyway kita liat kelanjutan dari pilkada Jatim, menurut anda siapa yang akhirnya menjadi Gubernur Jatim?

Tulisan terkait sebelumnya :

Diterbitkan oleh aRuL

blogger, netizen, engineer wanna be, sometimes as a trainer, and maybe a consultant for anything

52 tanggapan untuk “Ini Indonesia bung, bukan Amerika Serikat!

  1. Pemilu Elektronik bisa dipakai di Indonesia, tapi biayanya besar. Tapi yang namanya IT rawan markup dan korupsi terutama kalau project-based. Padahal kalau diterapkan dengan benar bisa menghemat biaya transportasi, percetakan kertas, dll.

  2. siapa saja gak masalah siapa saja yang nemjadi gubernyr, cuma yang disayang kan, kenapa harus ada kecurangan, walaupun hanya dengan manual, seharusnya berbuat jujur lebih baik dari segalanya…

  3. Demokrasi kita belum mantap Bung…
    Banyak politisi menggunakan embel-embel demokrasi tapi praktek dilapangan tidak demikian. Memaksakan kehendak, Demonstrasi dan tidak siap untuk kalah.

  4. yah..
    kita masih dalam proses pembelajaran.. dan tu2t sebagai orang Jatim, bangga dengan kedua calon gubernur Jatim, yang mampu mengorganisir massa supaya tidak terjadi kerusuhan.. dan mereka mau bersikap gentle.. walopun banyak kecurangan disana sini.. namanya juga masih dalam tahap pembelajaran..

    saya hanya bilang,
    semoga yang terbaiklah yang menang..
    kalopun yang menang bukanlah orang yang saya jagokan.. tak masalah.. namanya juga demokrasi.. da yang menang.. ada yang kalah..

    semoga yang memang tidak menjadi sombong..
    semoga yang kalah dapat berbesar hati menerima kekalahannya.. dan mungkin dapat memperbaikinya dikemudian hari..

  5. KA-JI, dialah yang layak memimpin jatim TITIK.

    kecurangan tim pemenangan Karsa dengan mencoblosi sendiri sisa surat suara adalah tindakan yang MEMALUKAN. *nyesel kemarin ndak nyoblos Ka-Ji*

  6. saya pribadi memberikan acungan jempok kepada mahkamah kosntitusi yang akhirnya berani menyebut karsa melakukan kecurangan terstruktur, tersistem dan masif

    memang faktanya seperti itu. tanyakan kepada para guru peserta pelatihan lab di asrama haji. mereka dirayu2 sama rasiyo kepala diknas jatim untuk nyoblos karsa. padahal pejabat publik ndak boleh seperti itu

    trus surat kontrak kepala desa dengan karwo itu, sungguh memalukan!

    tentang biaya pilkada yang mencapai 20 milyar, menurut saya harusnya ditanggung oleh sukarwo karena dialah yang menyebabkan pilkada diulang. kalo dia gak curang kan ndak bakal ada ulang2an segala

    ke depan ini bisa jadi pelajaran bagi semua, supaya tidak melakukan kecurangan apapun. rakyat dengan hati nuraninya akan berbicara jujur!

  7. Postingan yang mantap Rul!!

    Menurutku sih, prilaku para politik indonesia gak beda ama anak2..
    liat aja.. berantemnya persis kayak anak2.. gak dewasa2..
    tujuannya cuman ngerebut kekuasaan.. moga sj gw yang salah..

    pfiuh… capee’ deh..

  8. Iya aku setuju dengan pendapat pilda jatim indah krna antar pendukungnya tidak melakukan aksi kekerasaan/penghancuran fasilitas umum.
    Tpi memang ada yg aneh di pilda jatim masa kaji mendapat 0% suara yg berarti karsa mendapat 100% suara disalah satu derah di jatim itu gak mungkin lebih realis klo kaji mendapat 15% suara selebihnya u/karsa jdi menurutku wajar aja kaji merasa harus mengusut ini.
    Btw, btn..(bank x hehehe) aku gak mau Indonesia tercinta full ikut2an amerika yg baiknya aja deh yg diambil…

  9. klo ta perhatiin emang sekarang ini orang2 lebih senang meributkan “cara politik”.partai ini beginilah..partai itu begitulah..pejabat itu beginilah..pejabat itu begitulah..
    hmm….ini yg sering ak liat di koran ato tv.sampai2 dibincangkan dalam bentuk diskusi.
    bukannya diulas ttg apa sih masalah di indonesia..trus langkah2 yg uda dilakukan pemerintah apa.sekalian biar semua masyarakat tau permasalahan2 dinegerinya plus buat “pengkayaan” pemahaman mereka ttg negeri tercintanya.bukan ribut sapa ttg artis yg jd caleg lah ato yg lain..yg pntg langkah konkrit mereka untuk negeri yg mash ak cintai ini..
    🙂

  10. @ diana : saya sependapat denganmu, untuk menunjukkan langkah konkrit.. dalam melakukan perubahan, atau menanggulangi permasalahan di bangsa ini, nah sebelum ke sana, ada 2 cara :
    pertama harus memiliki kekuasaan untuk melakukan perubahan,
    kedua, tidak perlu melalui kekuasaan namun cara biasa dengan melakukan hal-hal biasa tapi bisa meberikan perilaku positif di masyarakat.

    Nah cara itu kadang banyak dilakukan karena lebih berprospek melakukan perubahan, yah karena memiliki kekuasaan itu. Bagaimana cara menuju kekuasaan itu yah melalui politik.
    Kita tidak bisa memungkiri adanya pertarungan politik dalam memperebutkan kekuasaan dalam mempertahankan idealisme dalam memberikan yang terbaik buat bangsa ini.
    sekali lagi politik itu perlu.
    Apa yang menjadi permasalahannya adalah politik yang indah itu dianulir oleh politik busuk, dengan politik uang, tidak sesuai aturan, sehingga kita banyak skeptis terhadap politik.
    Saya tidak setuju dengan politik2 demikian, malah yang terjadi selalu saling mencurangi satu sama lain.
    Nah itu yang harus kita tegakkan, berppolitik dengan bersih tanpa cacat….
    semoga…. (harapannya untuk Indonesia)

  11. eehhhmmm….
    saya lebih tertarik liat koment 24 yang langsung ditanggepin di koment 25 😀
    ada permainan politik apa ya dibalik itu …???
    apa permainan hati..??
    rasanya ada yang jatuh cinta ne….
    cuit…cuit….
    *siul-siul* 😀

  12. Ya iya lah Rul .. dari susunan hurufnya aja udah beda. Yang sama cuma huruf A, E dan I doang. Huruf hidup semua. Huruf matinya ga ada yang sama :mrgreen:

    *lenggang kangkung* 👿
    *nyalain kompor*

  13. Ini emang Indonesia, kalo masih mungkin menang, kenapa ga dicoba.
    Mmm….., gitu ya politik indonesia?
    Auk ah gelap ma politik indonesia, mending nyoblos obama aja ah biar dia jd presiden indonesia..

  14. # 2 dnial : Iya biaya besar emang, tapi pemilu tahun kemaren memakai 2 sistem lho, cuman yang dipercaya yang masih manual. bukan hanya IT yang rawan markup, yang manual bisa2 terjadi buktinya banyak tuh anggota KPU akhirnya dipenjarakan gara2 markup pemilu.
    Atau kalo memang tidak support penggunakan dipadupadankan antara elektronik dan manual.
    Misalnya di tingkat desa masih manual, tapi di tingkat kecamatan ke atas itu sudah elektronik.

    # 3 andy : yah ada jargon jangan pilih yang curang hahahaa… duh ada2 saja. saya jadi malu rasanya kalo ketauan curang…. (doh)

    # 4 Panda : ngak usah prihatin, kalo prihatin itu kalo emang ada pertengkaran… coba baca baik2 isi tulisan saya, itu semua proses, dan konsekuensi juga bagi yang telah berlaku curang…

    # 5 mantan kyai :
    wah bahaya juga kalo kyai sudah bertitah melebihan nabi 😀 hahaha

    # 6 mantan kyai :
    masuk koq….. singgah ke neraka dulu tapi, situ sih udah jadi mantan 😛

    # 7 chic : bukan begitunya, kita siap kalah, asal dikalahkan dengan adil, kalo ngak adil yah harus nuntut keadilan dong. Apa yang dilakukan KaJi bagi saya sudah tepat..

    # 8 ndop : yah begitulah semoga, situ baca ngak tulisan saya?

    # 9 yoe : sudah mantap koq, di atas lho saya menyanjung orang2 Indonesia, saya tidak menyalahkan mereka, malah mereka adalah pejuang keadilan sesungguhnya… *emang dibaca ngak?*

    # 10 Tuyi : saya tidak sedang berbicara demokrasi, tetapi berbicara politik. Masalah kedewasaan berpolitik saya rasa sudah diterapkan di Jatim, tinggal mengurangi kecurangannya itu.

    # 11 ecchan : iyah ini baru sependapat dengan saya 🙂 hehehe
    yah demokrasi emang menjadi bagian penting, semoga mereka nantinya benar2dewasa dan bijak dalam menerima kemenangan dan kekalahan

  15. # 15 aR_eRos : kampanye 😀 yah makanya pilih pemimpin seng bener 😀

    # 14 dwinanto : iyah dwi, seperti kali Indonesia, tapi saya bahas di sini adalah sikap dari pemimpinnya. Dan proses pilkadanya 🙂

    # 15 dindacute :
    hehehe, sudah baca baik2 blum isinya ini, bukannya tidak mau mengakui kekalahan. tetapi memperjuangkan keadilan.

    # 16 det :
    iyah, sudah terbukti di MK, yah semoga menjadi kesadaran para calon-calon yang lain utk tidak memanfaatkan kesempatan dengan tidak halal.
    yah soekarwo, sudah buruk namanya karena terbukti curang dalam pelaksanaan pilkada ini, seharusnya didiskualifikasi (doh)

    # 17 adit-nya niez : wah golput dong 😀 jangan2 anda harus menyalurkan suaranya penting itu.

    # 18 boyin : kalo Indonesia prosesnya itu selesai baru dipengadilan, jadi mengaku kalahnya yah setelah dipengadilan.

    # 19 Alexhappy : hehehe bisa jadi, kalo di jakarta terstuktur juga tuh, tapi solid

    # 20 don45 : yah keputusan MKkan juga keputusan 😀
    mereka juga menerima, tidak ada yang menolak, gimana sih?

    # 21 r1d0aja : silahken… 😀 hahahaha kapan2 baca koran juga loh atau detik minimal 😀

    # 22 antok : terima kasih daeng 🙂
    berantem disini diliat konteksnya kalo secara fisik dan menghancurkan itu ndak boleh, tapi kalo lewat mekanismenya hal yang wjar koq.

    # 23 ourkami :
    Semoga ke depannya tetap aman2 aja.
    iyah itulah yang harus dituntut keadilan…
    makanya rese juga saya kalo banyak opini2 orang terkenal malah mengedepankan amrik sana…

  16. # 26 – s L i K e R s – : salam kenal 🙂
    trus sampean mo ikutan apaan?

    # 27 inidanoe :
    karena kebetulan dia memberikan pernyataan yang perlu saya beritakan tanggapan, dan kebetulan lagi saya online. Jadi kebetulan 😛

    # 28 donapiscesika : maksudnya bukan pertandingan kalah lho, maksudnya ketika suatu permainan ada kecurangannya perlu diselesaikan sampai kepengadilan.

    # 29 Mus_ : kalo menyerah ke kantor polisi 😀 hehehe

    # 30 pam : hehehe saman kenal juga 😀

    # 31 deordinaryone : iyapz…
    siapa yg mo jadi caleg 😛

    # 32 mashardi : rumit, tapi koq banyak yg saluti yakz, semoga mereka semua belajar

    # 33 gajah_pesing : iyap saya sepakat dengan gajah, angkat belalainya gajah ah…

    # 34 abeeayang : mantap dah bee 🙂

    # 35 angki! : yah sebagian angki… ngak semuanya 😛

    # 36 erander :
    ih bang bang, kalo itu mah anak SD juga tau 😛 :mrgreen:

    # 37 adit38 ;
    eh maksudnya di sini, kalo memang ada ketidakadilan harus tetap diperjuangankan.

    # 38 Ericova : TOSSS

    # 39 kacrut : makan mulu, belanja mulu sih…. makanya kapan2 tuh mikir negera, situkan juga abdi negara 😛 hehehe

  17. betul daeng jangan menyama-nyamakan indonesia dengan negara2 lain. samapai2 obama saja di bawa2 juga
    lebih baguski negara ta tidak ada itu pergaulan bebas sekali. tapipergaulan bebs ji saja hehehhe

    sukses daeng

  18. Jangan lupa Rul, kalok ndak salah Pemilu da Amrik cuman diikutin 40% dari jumlah penduduknya….

    Artinya, perhitungannya pun lebih cepat. Kalah atau menang bisa terpantau dengan cepat pulak.

    Disatu sisi, proses pemilu da sana sama sekali beda sama Indon….

    Jadi ya jangan mempersandingkeun pilkada dengan pemilu da Amrik….

  19. Masi mending pemilu di Indonesia sih. Di Amerika Serikat votingnya udah sistem digital, tau ndiri digital itu rawan eror n ga maksimal (makanya fotografer lebih prefer ke kamera analog).
    Trus ga semua orang bisa milih, sebelum bener2 jadi calon, bakal calon mesti dapet suara dari parlemen.
    Abis itu, di Amerika ga pake kartu/tanda pemilih, jadi orang bisa milih berkali2 (rawan curang).
    Tentu kelebihan sistem di amerika masi banyak tapi wajar lah, amerika kan udah berjalan ratusan taun, indonesia baru 63 taun. Jgn mau cepet aja, tunggu 200 taun dulu kalo mau maju..

  20. # 43 Gelandangan : hehehe kita beda yakz 😀 orang2 yang berharap speerti amrik meminta KaJi untuk mengaku kalah pasti orang2nya KarSa hehehe, biar ngak berlanjut:D
    sukses ki juga

    # 44 Mbelgedez™ : weh lebih banyak Indonesia dong bang 🙂
    nah itu, seperti yang saya bilang, cepat perhitungannya
    jadi ndak bisa disamakan, atau disama2kan 😀

    # 45 Barried : tapi digital mereka lebih percaya, tergantung negara bagiannya kan bagaimana sistem pemilihannya.
    bukannya di Indonesia juga seperti itu, artinya mereka dicalonkan lewat DPR dulu yakz, lewat fraksi.
    wah say baru tau tuh mereka ngak pake kartu pemilih, yah tapi mereka kan punya KTP yang bisa digunakan buat semua dan sistematis ngak sperti Indonesia.
    Yah sama2 memiliki keunggulan 😀

  21. sepakat rul! tumben kamu pinter…. hahahahahaha
    sengketa pilkada bukan karena ketidaksiapan elit politik untuk menerima kekalahan namun bentuk perjuangan hak untuk mendapatkan keadilan. jika sistem pemilihan indonesia bisa adil dan jujur yang sebenarnya maka tidak akan ada lagi sengketa pilkada. tentu saja ketika sistem hukum telah berjalan dengan baik tidak akan ada lagi kandidat yang berusaha melakukan kecurangan dalam pemilihan umum.
    kembali ke jatim, putusan MK harusnya bisa berlanjut pada pengusutan aspek pidana yang dilakukan oleh kpud bangkalan, sampang dan pamekasan serta semua yang terlibat dalam tindakan menguntungkan salah satu calon.
    sungguh enak nian hukum di indonesia, kecurangan pemilihan umum hanya perlu pemilihan ulang. padahal si pelaku curang telah membuang uang negara sia-sia.
    mari dukung calon yang terbukti tidak curang!

Tinggalkan Balasan ke diana Batalkan balasan